Wednesday 4 March 2015

Apa salah guru?

Mungkin dari judul kalian akan berpikir kalau kali ini aku akan membahas kesalahan-kesalahan guru saat mengajar kita. Tapi sebenarnya bukan itu yang akan aku bahas disini, kali ini aku mau membahas pandangan orang Indonesia rata-rata terhadap guru.

"Aku kalau sudah besar mau jadi guru." mungkin itu adalah hal yang lumrah kita dengar dari anak-anak beberapa dekade ke belakang tapi sekarang? Mungkin tidak, kalaupun ada, orang tua akan melarang anaknya untuk menjadi guru. Sekarang ini guru dianggap sebagai pekerja rendahan bergaji pas-pasan yang kadang dilakukan karena "terpaksa". Ya, tak sedikit guru sekarang terpaksa menjadi guru karena tidak diterima pekerjaan yang lain.

Teringat dengan jelas saat aku memberitahu orang tua bahwa aku cukup berminat menjadi guru. "Jadi guru itu gak enak, senen sampe jumat masuk kadang malah hari libur juga masuk, trus dari pagi sampe sore lagi. Cuma dapet capeknya aja, gaji ga seberapa. Kamu ini mau jadi apa?" (dengan pengubahan) 
Yahh, mungkin itu yang rata-rata orang tua jaman sekarang katakan. Ini juga bukan salah orang tua, lagipula mereka jelas ingin anaknya menjadi lebih sukses dibandingkan menjadi guru.

Tapi apakah guru tidak sukses? 

Disini yang kadang menjadi perdebatan, karena tidak ada ukuran pasti untuk sebuah kesuksesan. Ada yang mengukur sukses berdasarkan material ada juga yang mengukur berdasarkan kebahagiaan. Dari segi material dengan gaji rata-rata 35 juta pertahun jelas guru bukanlah profesi yang paling sukses di Indonesia. Bagaimana dengan negara lain? berikut kutipan gaji rata-rata guru dari liputan6.com
Swiss US$ 68.820/tahun
Belanda US$ 57.870/tahun
Jerman US$ 53.730/tahun
Belgia US$ 51.470/tahun
Korea US$ 47.340/tahun
Irlandia US$ 47.300/tahun
Jepang US$ 45.930/tahun
Republik Ceko US$ 18.610/tahun
Turki US$ 17.180/tahun
Chili US$ 16.410/tahun
Brazil US$ 14.840/tahun
Hungaria US$ 14.760/tahun
Indonesia US$ 2.830/tahun
Ubah ke kurs rupiah sendiri yaa...

Lalu kalau dari segi kebahagiaan, coba pikirkan apakah anda bahagia jika gaji pas-pasan, harus ngajar anak-anak yang susah diatur, belum lagi orang tua yang sering komplain. Tapi apakah semua guru akan mengalami hal itu? Tentu tidak! Seorang guru hanya tinggal pintar-pintarnya mengakali agar semua itu tidaklah terjadi. 

Untuk masalah gaji, tinggal cari sekolah swasta berstandar tinggi(biasanya berhasil) untuk menjadi guru disana tentu persaingan lebih ketat dibanding guru di sekolah "ecek-ecek". Anak susah diatur dapat dikendalikan dengan peraturan yang ketat dan membatasi kebebasan anak, mungkin terdengar kejam tapi begitulah kenyataan di beberapa sekolah yang ada. Untuk orang tua yang sering komplain, cari sendiri ya penyelesaiannya....

Jadi jelas kesuksesan itu dari orangnya bukan pekerjaannya, tidak sedikit orang berpangkat hidupnya tidak seindah orang bertongkat. Karena jiwa si orang bertongkat itu lebih berjiwa kesuksesan daripada yang satunya lagi (ngerti tidak?)

Kembali lagi ke pertanyaan paling awal, jadi apa sih salah guru? Jelas sebagai manusia, guru memiliki kesalahan yang tidaklah sedikit, begitu juga dengan kita. Kita tak bisa begitu saja mengatakan bahwa kita lebih baik daripada guru. Jadi pertanyaan sebenarnya adalah "Apa salahnya jadi guru?"

No comments:

Post a Comment