Wednesday 4 March 2015

Si Pengantar

Pagi itu adalah hari yang dingin, uap embun masih terlihat di jendelaku. Masih terasa pegal badanku setelah bermalam minggu. Malas sekali rasanya untuk mengangkat tubuhku ini. Tapi aku sudah berjanji untuk memulainya hari ini. Ku basuh wajahku dengan air dingin agar merasa lebih segar. Kemudian ku keluarkan sepeda dari gudang dan mengayuhnya menuju kios koran. 

Ya, aku telah memutuskan untuk bekerja sebagai seorang loper koran. Dihitung-hitung sihh untuk nambah uang jajan, tapi sebenarnya semua ini karena aku ingin membeli Adidas zx flux, itu lohh sepatu running yang lagi ngetop banget. Aku juga sudah bilang ke orangtua dan mereka meng-iyakan. Aku juga tidak ingin memberatkan ayahku yang hanya berprofesi sebagai guru. Lagian aku sedang liburan semester kok sekarang.

Setelah sampai di kios, seperti yang kuduga sudah ada Robi disana, dialah yang memberikan aku pekerjaan ini (yang punya kios). Tanpa banyak basa basi kuambil tumpukan koran dipojok tertanggal enam Januari, lengkap dengan rute yang harus kulalui dan juga para pelanggan yang haus akan berita segar dipagi hari.

RW 12 lalu melewati Sederhana Sektor Satu lurus sampai Pemancingan Nita keluar ke jalan raya dan berputar di Lampu merah. Yahh, kurang lebih seperti itulah rute yang akan kulalui. Rute yang sudah sangat kuhafal mengingat hampir setiap hari aku melewatinya.

"Wah, rajin ya orang-orang jam segini sudah pada bangun." gumamku setelah melihat jalan yang sudah dipadati orang-orang. Ada yang bersih-bersih, jualan sayur, dan bahkan ada yang berolahraga. Padahal biasanya mungkin jam segini aku sendiri belom bangun. Males banget deh, maklum lagi libur semester hehe.

Image result for loper koranRW 12 kulewati, Sederhana Sektor Satu kulalui, Pemancingan Nita kuhadapi, seakan tidak ada yang dapat menghentikanku untuk mengantarkan berita kepada pelanggan. Dan memang benar! Setelah kusadari, ternyata rem sepedaku tidak berfungsi. Beruntung saat itu lampu sedang hijau sehingga aku tinggal jalan terus untuk berputar. Kulanjutkan perjalanan selanjutnya dengan kecepatan rendah untuk berjaga-jaga.

Sambil menikmati perjalanan ku lihat sisa koran yang ada, tinggal 3 gulungan lagi. Koran yang memiliki headline "Pesepeda Tewas di Malam Hari" itu akhirnya akan sampai ke pelanggan terakhirku. Tanpa masalah kuantarkan koran-koran itu. Kecuali untuk koran terakhir, rumah yang satu ini agak tertutup secara harfiah. Sehingga aku tidak bisa langsung melempar koran masuk secara langsung seperti biasa. Terpaksa aku turun dan memberikan koran secara "manual" ke yang punya rumah. Setelah mengetok dan menunggu beberapa saat barulah yang punya rumah keluar dan mengambil koran. Huuf, akhirnya koran-koran itu selesai kuantarkan. Sekarang tinggal pulaang.

Aku sampai di rumah sekitar siang hari, karena merasa lelah aku tertidur. Selang beberapa jam aku tertidur ayahku kemudian membangunkanku, lengkap dengan seragam gurunya. "Ternyata sudah pulang toh" kataku dalam hati. Ternyata ayahku membangunkanku karena suatu alasan. Dia membelikan Adidas zx flux yang kuidam-idamkan yuuuhuuu.....Senang bercampur kasihan perasaanku sekarang, aku merasa kasihan karena ayah harus membelikan sepatu yang mahal itu padahal dia hanya seorang guru. Tapi aku senang tentu saja karena akhirnya dapat sepatu itu. 

Setelah kupikir-pikir, aku akan minta maaf kepada Robi dan mengatakan akan berhenti dari pekerjaan itu karena aku telah mendapatkan sepatu ini. Tanpa pikir panjang ku kayuh sepedaku menuju kios Robi sembari berharap kalau kiosnya belum tutup karena sekarang sudah malam dan aku juga bakal merasa tidak enak jika tiba-tiba besok aku tak datang tanpa pemberitahuan. 

Udara dingin mulai menusuk, angin malam menembus pakaianku. Kulihat jam tanganku yang sudah memperlihatkan jarum panjang di angka dua dan jarum pendek di angka tujuh lengkap dengan tulisan SUN5. Lalu, kupikirkan semua yang telah terjadi hari ini, dalam sekejap dua lingkaran menyilaukan terlihat, diikuti dengan perasaan yang amat menenangkan. Aku mulai belajar untuk mengikhlaskan...

No comments:

Post a Comment